Kamis, 15 Januari 2009

istighfar sang Kakek (CERPEN)

Siang itu..suara panggilan sholat dzhuhur telah dikumandangkan...jama'ah pun mulai berdatangan di masjid Nurush-SHolihin Tegal Besar Jember...sebuah masjid yang tak terlalu megah..namun sejuk nan rindang..berpagar pohon dengan helai-helai daun yang senantiasa melambai-lambai kala tertiup angin...seakan mengatakan kepada para jama'ah yang hadir.. "selamat datang wahai para pecinta TUhan"...begitu kiranya sapaan sang dedaunan..tak ketinggalan...mbah Darmo, sang kakek yang terlihat paling aktif di masjid tersebut..usianya 80-an...dengan istiqomah beliau berusaha mengisi sisa hidupnya dengan mendekatkan diri kepada penciptanya...yahh.."hidup hanya sebentar saja...mubadzir aku sia-siakan..", gumamnya dalam hati...
Sholat jama'ah pun dimulai..setelah salam dan dzikir bersama, jama'ah pun kembali pada kegiatan masing-masing...begitu juga mbah Darmo..namun ada yang lain dalam diri mbah Darmo....kebiasaannya memungut dedaunan yang jatuh di depan masjid itu tak pernah ia lalaikan...sudah beberapa bulan terakhir ini kebiasaan itu terlaksana..banyak jama'ah lain yang heran dengan kebiasaan mbah Darmo ini..."lha wong ada sapu kok ya pakai tangan mbah..mbah..", celetuk seorang jama'ah...dengan senyum mbah Darmo memberikan reaksi..tanpa ucapan sepatah kata pun....dan tetap melanjutkan "kebiasaan" rutinnya...terus..dan terus...sampai halaman masjid bersih dan kelihatan rapi lagi....begitu seterusnya...setiap hari..
Ahmad, seorang muda yang juga aktif dalam jama'ah...diam-diam memperhatikan kebiasaan mbah Darmo itu...dalam hati ia berkata, "hhmm...kasihan mbah Darmo..sudah panas di terik matahari, masih saja memunguti daun-daun itu..mulai besok akan aku bersihkan daun-daun itu sebelum mbah Darmo yang membersihkan..".....
KEesokannya...ketika jama'ah masih sibuk dengan dzikirnya...Ahmad pun telah membersihkan halaman masjid dari dedaunan yang jatuh...dengan sapu lidi ..ia pun telah membersihkan halaman "rumah" Alloh itu dengan cepat...setelah semua telah bersih...mbah Darmo keluar dari pintu masjid...dan secara tiba-tiba..tetes airmatanya pun keluar...sedih..sesal...bercampur jadi satu...kyai Mustaghfirin, sang imam masjid tersebut menyapa mbah Darmo yang tertegun dengan tetesan airmata.....
"kenapa mbah?...kok nangis??ada apa??"
...dengan isak tangis, mbah Darmo menjawab, "kok sidah dibersihkan halamannya??saya gak kebagian dong...hiks...",
"Lho...bukannya itu malah membuat beban mbah Darmo semakin berkurang, jadi gak perlu repot-repot untuk membersihkan, iya kan mbah?", jawab Kyai
....mendengar jawaban kyai, semakin deras air mata mbah Darmo...semakin bingung kyai melihat tingkah laku mbah Darmo..."kok malah tambah ngangis???"
"maaf kyai..saya ini orang awam..tidak ngerti agama..hanya ingin mengisi hidup saya ini dengan amal yang saya mampu...saya ingin menceritakan alasan saya menangis, namun pak kyai harus janji, untuk tidak memberitahukan semua ini kepada siapapun sampai saya meninggal nanti.."
"baik...insyaaALLOH saya akan amanah mbah...memang apa yang membuat mbah menangis?", tanya sang kyai..
Mereka pun terlibat pembicaraan empat mata yang kelihatan serius...entah apa yang disampaikan mbah Darmo kepada Kyai...yang jelas ini merupakan rahasia besar dalam hidup mbah Darmo...setelah kyai memahami apa yang disampaikan mbah Darmo..sang kyai pun manggut-manggut tanda pengertian...
Keesokan harinya...ketika Ahmad ingin membersihkan halaman masjid, ditegur oleh kyai...
"Mad, bairkan saja....biar mbah Darmo yang membersihkan!"
"maaf kyai, tapi kan mbah Darmo terlalu sepuh kyai..saya gak tega..." jawab Ahmad
"biarkan saja...toh kita gak ingin melihat beliau sedih dan menangis lagi seperti kemarin kan???"
"memangnya kenapa to pak kyai???, kok mbah Darmo sampai menangis seperti kemarin?"
"SUdah...gak usah dipikirkan..biarkan dia yang membersihkan...ikuti aja apa yang saya minta..." ungkap sang kyai...
AHmad pun hanya diam dan penuh tanda tanya besar dalam kepalanya.."kok pak kyai tega ya melihat mbah Darmo bersih-bersih halaman sendirian, siang hari lagi...panas...?"
tepat tangal 10 muharrom, 1429 H, seminggu setelah kejadian tersebut....mbah Darmo, orang yang selalu membersihkan halaman masjid dengan kedua tangannya itu pun telah bertemu dengan "Kekasih" sejatinya....ya...bliau telah pulang ke Rahmatulloh...wafat setelah pulang dari jama'ah...Innalillahi wa inna ilaihi roji'un...banyak saudara, kerabat dan tetangga yang tidak menyangka..begitu mendadak kematian beliau....pelayat yang hadir pun memenuhi rumah mbah Darmo..tercium bau wangi dari jenazah mbah Darmo..entah amal apa yang dia perbuat..sehingga husnul khotimahlah ia....
Sebelum pemakaman, kyai Mustaghfirin pun memberikan beberapa patah kata kepada hadirin..sekedar mau'idzhoh hasanah..untuk mengingat kematian....
"saudara sekalian...setiap manusia pasti mati...seperti mbah Darmo ini..begitu juga kita semua....untuk itu, mari kita perbanyak amal sholih kita..dan semoga kita dapat meniru "kebiasaan" mbah Darmo dengan cara kita sendiri..."
ada seorang jama'ah bertanya, "maaf kyai..boleh tau, amal "kebiasaan" apa yang pak kyai maksud?apakah jama'ah..atau yang lain...?"
"hhmm...oiya...saya jadi ingat, beberapa waktu lalu, mbah Darmo berpesan kepada saya untuk tidak menceritakan ini kepada siapapun sampai beliau meninggal...nah, berhubung sekarang beliau telah meninggal..maka saya diperbolehkan untuk menceritakan sebab apakah beliau menangis ketika si AHmad membersihkan halaman masjid kemaren hari itu....sekalian kita dapat mengambil contoh dari perbuatan beliau itu.."
"memangnya apa pak kyai?", tanya Ahmad...
"kebiasaan beliau memungut daun itu bukanlah kebiasaan biasa..beliau bercerita kepada saya, "kyai..saya ini orang awam..gak ngerti agama...gak punya bekal yang dapat saya andalkan selain sholat jama'ah dan memungut daun itu...tiap daun yang saya pungut..saya beristighfar sekali..dengan harapan, daun itu nantinya dapat menjadi saksi taubat saya kepada ALLOH....dan ALLOH mengampuni dosa-dosa saya di masa lalu...jika daun itu telah dibersihkan oleh orang lain..timbul penyesalan dalam diri saya...alangkah ruginya saya..."..
itulah cerita mbah Darmo kepada saya...sehingga kenapa saya menganjurkan Ahmad untuk membiarkan halaman dengan daun-daun yang berserakan itu....biar mbah DArmo tidak menyesal dan menangis nantinya..." ujar sang kyai...

"SUBHAANALLOH......", spontan jama'ah bersuara setelah mendengar cerita kyai......
jember, 15 januari 2009-alfaqir...suprisdiantoko

2 komentar:

  1. hikckz... aq jarang berzikir.... jadi malu ma mbah darmo itu.
    nice post bro...(Ur post always "menyentil" me)

    BalasHapus
  2. sepertinya sayah pernah mendengar cerita seperti ini. tapi yang nenek-nenek dengan ucapan 'Subhanallah' bukan istigfar. apapun yang diucap semog menjadi contoh bagi kita semua, amiin

    BalasHapus

Silahkan KOmentar...biar dapat backlink banyak...hehehe (komentar ngawur gak dipublish lhoo.>!!)